Jajan Ndeso Tembus Ritel Modern

yuni bakul kripik

SuaraBanyuurip.com

Makanan ringan asal ndeso (dari desa) kerap dipandang sebelah mata. Karena mungkin tidak layak untuk dipasarkan. Pandangan negatif itu dapat ditepis oleh Sriwahyuni. Warga asal Kabupaten Lamongan ini mampu memasarkan jajanan ndeso hingga menembus ke luar negeri.

SIAPA BILANG jajanan ndeso seperti keripik jagung, mbothe (umbi talas) atau sukun tidak bisa menjadi makanan berkelas. Sri Wahyuni, pemilik UD Lembah Hijau dari Kecamatan Kedungpring sukses membawa jajanan ndeso Lamongan, Jawa Timur berada di rak display berbagai ritel modern.

Ditemui usai melakukan audiensi dengan Bupati Fadeli. Sri Wahyuni menuturkan, awal usaha jajanan keripik jangung dan sukun pada tahun 2007. Dengan dikelolanya seperti ibu-ibu kebanyakan. Yaitu dikemas dalam wadah plastik sekedarnya, dan hanya dipasarkan di sekitar rumahnya.

Berbekal semangat untuk menjadi lebih baik, Yuni sapaan akrab Sri Wahyuni rutin mengikuti berbagai pelatihan. Seperti yang dilakukannya di tahun 2008 dengan mengikuti pelatihan yang dilaksanakan UPT Pendidikan Pelatihan dan Promosi Ekspor Surabaya.

Dari pelatihan itu, banyak pengalaman yang diperoleh, dan mulai meningkatkan kualitas produk jajan keripik yang dikelolanya. Terutama dalam pengemasan jajanan yang lebih layak pasar. Berbagai pameran dagang pun rutin dia ikuti untuk memasarkan produknya.

Hasilnya, banyak peningkatan pesanan yang terus mengalir. Meningkatnya pesanan membuat Yuni kemudian memutuskan untuk keluar dari pekerjaan tetapnya di BPR Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK) di Kecamatan Glagah yang sudah digelutinya selama 16 tahun.

Dari berbagai upaya promotifnya itu, produknya kemudian sukses menembus etalase berbagai ritel modern. Nama ritel modern seperti Carrefour dan Giant di Surabaya kini rutin mengorder snack dari Yuni. Itu belum termasuk beberapa ritel modern di luar Pulau Jawa yang juga sudah menjadi konsumen tetap UD Lembah Hijau.

Baca Juga :   Tak Malu, Dea Miswa Asal Tambakrejo Sukses Beternak Kambing

“Saat ini kami sudah menerima kontrak memasok snack (makanan ringan) untuk seluruh jaringan Alfamart di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Bali,“ ujar Yuni, kepada suarabanyuurip.com.

Konsumen tetap Yuni lainnya adalah Pemerintah provinsi (Pemprov) Jawa Timur. Mereka rutin memesan 2 ton keripik talas dan 3 ton keripik jagung setiap kali ada pameran atau event tertentu. Dia mengungkapkan, kapasitas produksinya kini telah mencapai 5 kwintal perhari untuk setiap jenis snack.

Kesuksesan Yuni, juga tak lepas dari penggunaan media internet sebagai sarana produksi membuatnya kini menjadi eksportir. Diceritakannya, di tahun 2014, ada seorang pengusaha Malaysia yang datang ke rumahnya, melihat proses produksi dan kualitas produknya. Rupanya mereka mengetahui produk Yuni melalui internet dan tertarik untuk datang.

‪Kemudian terjalin kesepakatan untuk membeli snack jagung dan dipercaya untuk mengirimkan berbagai jenis snack lain. Pengiriman pertama ke Malaysia pada tahun 2015, sebanyak 2 kontainer yang berisi snack jagung, snack tempe, nangka, dan terong.

“Saat ini, kami rutin mengekspor snack Lamongan ke Malaysia 3 kali dalam setahun,“ katanya bercerita.

Usaha yang dilakoninya bukannnya tanpa kendala. Yuni menyebut, untuk mencari pasar menurut dia tidak terlalu sulit. Kendala yang menyulitkan justru di tenaga kerja dan bahan baku. Contohnya seperti bahan untuk membuat snack dari mbothe yang harus didatangkannya dari Rengel, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Meski mbothe banyak tersedia di Tuban, namun tidak dengan tenaga kerjanya.

“Bahan baku ini yang membuat kami tidak bisa setiap saat tersedia. Sedangkan tenaga kerja, kadang mereka lebih memilih untuk bekerja ikut orang lain saat musim hajatan tiba,“ ujar dia.

Baca Juga :   Meraup Untung dengan Buka Warung Di Sekitar Proyek

Yuni mengaku, pernah membatalkan order yang sudah disepakati, gara-gara para ibu-ibu yang membuat keripik dari bahan daun singkong di Kecamatan Sarirejo tidak mampu memenuhi banyaknya pesanan.

“Padahal keripik buatan mereka berkualitas bagus,“ kisah wanita cantik ini.

Sementara intensitasnya untuk terus mengikuti berbagai pameran dagang. Membuat Wakil Bupati Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur memintanya untuk memberikan pelatihan di Penajam Paser Utara. Karena disana bahan seperti sukun melimpah, namun seperti tidak ada harganya.

Yuni menyebut sebuah perusahaan besar menawari siap memberikan memodal dengan nominal berapapun yang dibutuhkan untuk membuat pabrik besar. Dengan syarat, produknya diganti label produk perusahaan pemberi modal.

“Ya saya tolak tawaran itu. Saya sudah merintis usaha ini dari kecil sampai sedemikian. Tidak mungkinlah saya serahkan begitu saja ke orang lain. Belum lagi bagaimana nanti nasib karyawan dan mitra saya di berbagai daerah,“ katanya menjelaskan.

Ketika disinggung soal persaingan usaha. Dia mengaku setiap usaha persaingan itu musti ada. “Masalah persaingan bisnis itu wajar dan biasa. Terpenting bersaing secara sehat,” ucapnya.

Terpisah, Bupati Fadeli mengaku, bangga ada warganya yang mampu merintis usaha sedemikian rupa dengan membawa nama Lamongan. Dia kemudian memeirntahkan kepada Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Gunadi agar memfasilitasi kesulitan yang dialami Yuni. Seperti ketersediaan bahan baku dan tenaga kerja.

“Usaha seperti ini, setelah kualitasnya diakui pasar, harus dijaga keberlangsungan produksinya. Seperti tadi yang disampaikan terkait tenaga kerja dan ketersediaan bahan baku. Agar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait, memberikan fasilitas sesuai dengan kewenangannya masing-masing,“ pesan Fadeli.(Totok Martono)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA BANYUURIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *