Pendapatan Daerah Naik Turun

SuaraBanyuurip.comRirin Wedia

Bojonegoro – LSM Bojonegoro Institute (BI) menyatakan, jika puncak produksi di Blok Cepu tidak tercapai tahun ini, akan berpengaruh terhadap kebijakan fiskal daerah. Oleh sebab itu kecendrungan daerah-daerah migas, keuangan daerah mengalami fluktuasi atau naik turun.

“Ini berpengaruh pada perencanaan pembangunan yang sudah dirumuskan (Musrenbang, RPJMD dan RPJP Kabupaten),” Jelas Direktur Utama BI, Awe Saiful Huda saat ditemui dikantornya, Senin (23/11/2015).

Seperti pengalaman di tahun 2009, hampir Bojonegoro mengalami gagal bayar karena melesetnya pagu DBH Migas dengan realisasinya. Beberapa perencanaan pembangunan di-rescedule. Meskipun hal ini tidak hanya disebabkan masalah target produksi, tapi juga misalnya harga minyak dunia lagi turun.

Adapun dampak dari melesetnya target produksi bagi BUMD yang terlibat PI (ADS), tentu akan semakin menunda pelunasan hutangnya ke China Sonangol oleh PT. SER.

“Dan semakin tertunda, tentunya bunga pinjaman yang dibayarkan juga akan semakin meningkat,” tegasnya.
 
Sedangkan perpengaruh terhadap penerimaan desa dari bagi hasil migas yang disalurkan melalui ADD Migas. Dimana sebesar 12,5 % dari DBH migas disalurkan ke desa. 60% dibagi rata seluruh desa di kabupaten Bojonegoro, 40%-nya dibagi sesuai variabel kawasan yakni Desa Penghasil, Desa Ring I, Desa Ring II dan desa diluar Ring. (rien)

Baca Juga :   15 Truk Minyak TBR Akan Diuji Coba

» Klik berita lainnya di Google News SUARA BANYUURIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *