Rela Sisihkan Honor Demi Membuat Kaki Palsu

Pembuat kaki palsu

SuaraBanyuurip.com

Hidup adalah pilihan. Secuplik kata bijak ini mungkin yang patut disandang oleh Muhammad Taufiq Ibrahim (26), warga Kelurahan Latsari, Kecamatan Tuban. Betapa tidak, ada tawaran untuk menjadi pegawai negeri sipil telah ia tolak, dan lebih memilih mejadi pengusaha pembuat alat bantu orang cacat. Sekalipun harus dilaluinya dengan perjalanan panjang dan berat karena harus menyisihkan sebagian honor untuk modal usahanya.

Belum banyak masyarakat Kabupaten Tuban, Jawa Timur, mengetahui kiprah pemuda lulusan Politeknik Kesehatan Surakarta yang kini mendedikasikan karirnya untuk membuat alat bantu kaki palsu. Di awal karirnya ketika masih bekerja di UPT Cacat Tubuh Pasuruan, Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, dirinya rela menyisihkan honornya hanya untuk membeli bahan alat kaki palsu.

“Saya sisihkan honor pribadi karena tidak ada anggaran untuk membeli bahan,” kata pembuat alat kaki palsu, Muhammad Taufiq Ibrahim (26), kepada SuaraBanyuurip.com, ketika dijumpai di kediamannya Jalan Sunan Kudus Gang 2 Nomor 11, Kelurahan Latsari, Kecamatan Tuban.

Hampir 7 bulan bekerja di instansi cabang Dinsos provinsi, pemuda yang berkiprah di bidang sosial ini memutuskan untuk berdikari. Meskipun saat itu jaringannya sudah lumayan banyak, bahkan mampu menembus dokter di salah satu rumah sakit ternama di Pasuruan.

Baca Juga :   Loyal dan Profesional Kunci Sukses Bekerja

“Dulu lumayan dapat pesanan kaki palsu dari masyarakat maupun rumah sakit sekitar,” imbuh pria yang memulai usahanya di Tuban sejak tahun 2013 ini.

Di awal tahun 2013, keputusan untuk berdikari terjawab. Pada saat itu pula ada tawaran untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), namun dengan santai ditolaknya. Alasannya kalau menjadi PNS waktunya terbatas untuk membantu masyarakat yang membutuhkan alat buatannya.

Pihak keluarga juga mendukung penuh keputusannya, dan sejak kecil telah diajarkan untuk tidak menjadi orang kaya. Tetapi cukup menjadi orang bermanfaat, melalui ilmu yang dimiliknya.

“Ayah terus memotivasi untuk menjadi orang yang bermanfaat meskipun tidak menjadi PNS,” tambahnya.

Berbekal ilmu yang dimilikinya, kini usahanya sudah mulai dikenal banyak pihak. Mulai Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan (Dinsosnaker), hingga masyarakat luar Tuban. Tercatat alat buatannya telah mendapat pesanan dari sekitar Tuban yakni Kabupaten Bojonegoro, Lamongan, Probolinggo, Bondowoso, Situbondo, Jember, Nganjuk, bahkan sampai Tanggerang Jakarta.

Usaha tunggal di Tuban ini menyediakan kaki palsu, tangan palsu, jari palsu, hingga alat penyangga tulang belakang tubuh. Kisaran harganya bervariatif antara empat juta hingga 16 juta rupiah. Menyesuaikan bahan dasar, dan jenis alat bantu penderita cacat tubuh.

Baca Juga :   SMPN 6 Tuban Jadi Duta Adiwiyata Nasional

“Untuk harga tidak ada patokan khusus tergantung bahan dan kemampuan pemesan,” jelasnya.

Dalam pembuatannya beberapa alat masih impor serupa telapak kaki dari luar Negeri. Rata-rata dari China, India, Singapura, hingga Jerman. Alasannya kualitas bahan di Nasional kurang sesuai keinginan konsumen.

Pihaknya dalam setiap bulan sekali, juga menargetkan memberikan alat bantu gratis bagi masyarakat yang benar-benar membutuhkan.

Dengan modal awal 20 juta, kini usaha kaki palsu setiap bulannya mampu memproduksi 10 hingga 20 alat. Produknya sudah berjejaring dengan dokter di rumah sakit di Tuban, mulai RSNU, RS Muhammadiyah, RS Medika Mulia, hingga RSUD dr. R. Koesma Tuban.

“Rata-rata penghasilan bersih per bulannya mencapai 15 juta rupiah,” pungkasnya. (Ali Imron)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA BANYUURIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *