Warga Blok Gundih Kembangkan Pupuk Organik

SuaraBanyuurip.comAhmad Sampurno

Blora – Warga sekitar pemboran migas Blok Gundih di Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, mulai kreatif dalam mengembangkan sektor pertanian. Mereka memproduksi pupuk organik untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan produksinya.

Hal itu seperti yang dilakukan Sugiyanto, (50), salah satu warga Desa Sumber. Warga yang tinggal di ring satu Blok Gundih itu telah mengembangkan pupuk organik selama tiga tahun terakhir ini. Usaha yang digelutinya itu saat ini mulai berkembang dan banyak diminati masyarakat.

Pria yang akrab di sapa Koko ini menceritakan, sebelumnya banyak warga yang mencibir dengan usaha yang dirintisnya. Namun berbekal keuletan dan ketekunannya, Koko akhirnya berhasil merubah pola pikir petani di desanya yang selama ini fanatik dengan kimia.

Mereka, lanjut Koko, berbalik dan tertarik menggunakan produk organik. Hal itu disebabkan karena ia membuktikannya pada tanaman miliknya yang hasilnya lebih bagus ketimbang menggunakan pupuk kimia.

”Hasilnya tidak jauh berbeda dengan menggunakan pupuk kimia. Bahkan tanaman yang menggunakan pupuk organik lebih tahan terhadap hama maupun penyakit,” ujar Koko, menerangkan.

Baca Juga :   Ngaku Petugas PDAM Bawa Kabur Kotak Perhiasan

Dia menyebutkan, dari pengalaman panen padi beberapa waktu lalu, lahan miliknya seluas 1/8 hektar, hasilnya lebih banyak 80 kg dibanding menggunakan pupuk kimia. Sedangkan untuk tanaman padi seluas satu hektar hanya membutuhkan pupuk organik 2 ton.

”Kualitas lebih bagus, warna dan kelenturan daun lebih bagus dibanding pupuk kimia,” ujar Koko.

Dia mengungkapkan, untuk tanaman buah seperti melon dan semangka, hasilnya juga lebih bagus. ”Saat ini warga Sumber sendiri hampir seratus persen menggunakan pupuk yang saya produksi,” tegas dia.

Selain untuk konsumsi pertanian di Desa Sumber, pupuk organik produksi Koko juga diminati petani dari luar desa. Seperti petani di Kecamatan Randublatung, Kedungtuban dan sebagian wilayah Bojonegoro.

“Untuk sekali pengiriman mencapai 200 sak, dengan berat 30 kilogram per sak. Per sak seharga Rp25.000,” ujar Koko.  

Namun usaha yang digeluti Koko masih terkendala dengan alat produksi. Karena selama ini belum ada perhatian dari pemerintah maupun sentuhan program corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan migas yang ada di wilayahnya.

Baca Juga :   Jaksa Tak Siap, Jadwal Sidang Pembacaan Tuntutan Ditunda

”Saya berharap ada bantuan alat, baik dari pemerintah mupun dari program CSR. dengan perlatan granologi akan mempermudah memproduksi pupuk dengan jumlah lebih banyak,” harapnya.

Legi, (59), salah satu petani Sumber yang menggunakan pupuk hasil produksi Koko, mengaku, hasil panen semangka miliknya lebih bagus dibanding menggunakan pupuk kimia.

”Dari baunya lebih harum dan rasanya lebih manis,” sambung Legi.

Sementara itu, Kepala Desa Sumber, Zaki Bachroni, membenarkan usaha yang dilakukan salah satu warganya tersebut. Dia berharap, kelak ada perhatian dari pemerintah maupun Petamina Asset 4 untuk memberikan bantuan alat penggiling dan granologi.

”Karena itu yang saat ini paling dibutuhkan. Apalagi di sini mayoritas masyarakatnya adalah petani,” tegas Zaki. (ams)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA BANYUURIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *