Peternak Ayam Petelur Mengeluh Harga Telur Anjlok

23810

SuaraBanyuurip.com -  Joko Kuncoro

Bojonegoro – Peternak ayam petelur di Bojonegoro, Jawa Timur mengeluhkan harga telur anjlok. Sebab, peternak tidak bisa menutup biaya operasional harian dari hasil menjual telur.

Ketua Paguyuban Peternak Ayam Petelur Didik Prioman mengatakan, harga telur ayam di bawah batas normal yakni Rp 19 ribu per kilogram (kg). Sementara biasanya Rp 20 ribu untuk harga normalnya.

“Kami sebelumnya sudah hearing dengan DPRD Bojonegoro terkait harga telur yang anjlok ini,” jelasnya, Rabu (17/11/2021).

Peternak menuntut untuk program bantuan pangan non tunai (BPNT) menyerap telur dari hasil peternak lokal. Sebab, hal ini dapat membantu peternak ayam petelur agar tidak merugi saat harga telur anjlok.

Sementara itu Ketua Komisi B DPRD Bojonegoro Sally Atyasasmi mengatakan, anjloknya harga petelur menyebabkan para peternak telur merugi, bahkan di antaranya memilih menutup usahanya.

“Tingginya harga pakan dan bahan pakan ayam serta tidak stabilnya harga pasar menyebabkan peternak tidak bisa menutup biaya operasional harian dari hasil menjual telur,” kata Sally.

Baca Juga :   Hasil Panen Turun Beralih Budidaya Ikan

Dia mengatakan, jagung merupakan salah satu bahan pakan yang saat ini harganya terlampau mahal dan pasokan tidak tercukupi. Padahal banyak petani Bojonegoro yang menanam jagung meski saat panen harga tidak stabil.

Peternak, kata dia, berharap agar bantuan pangan non tunai menyerap hasil telur peternak lokal. Solusi jangka pendek ini bisa melalui penyedia BPNT bekerjasama dengan penyedia lokal.

“Menurut saya ini bukan hanya soal kebutuhan pasar dan rantai jual beli, tapi ada banyak yang harus dipersiapkan dari hulu sampai hilir,” kata dikutip di Instagram miliknya sallyatya.

Sebab, Bojonegoro kaya akan hasil pangan pertanian dan peternakan yang baik dari hasil produksi primer sekunder tersier bahkan limbahnya pun bermanfaat. Alur ini, ia melanjutkan, harus diperbaiki jika bahan pangan seperti padi, jagung, dan kedelai kebutuhannya besar maka harus dibuat sentra- bahan pangan tersebut.

“Namun, jika bahan sudah tersedia maka tempat pengelolaan harus tersedia. Bisa berbasis kelompok didukung dengan alat produksi dan laboratorium uji untuk menjaga kualitas pakan,” tambahnya.(jk)

Baca Juga :   Tingkatkan Ekonomi Warga, Komunitas Kopi Inspirasi Serahkan Bibit Pisang Cavendish

» Klik berita lainnya di Google News SUARA BANYUURIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *