Kembangkan Agrobisnis Ditengah Industri Migas

SuaraBanyuurip.com - Ririn Wedia

 Bojonegoro – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur,bersama Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta berkomitmen untuk mewujudkan kemandirian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dalam pengembangan agrobisnis.

“Semua yang dilakukan UGM tidak pernah terpisah dari masyarakat. Baik pembelajaran, penelitian, maupun pengabdian yang dilakukan semuanya harus kembali ke masyarakat,” kata Direktur Kerjasama dan Alumni UGM, Dr. Ika Dewi Ana, M.Kes., Ph.D dalam releasenya yang dikirim kepadasuarabanyuurip.com.

Ika menegaskan, bahwa seluruh kerjasama yang dilakukan oleh UGM baik dengan institusi pemerintahan maupun industri bermuara pada upaya untuk menegakan kemandirian bangsa. Hal tersebut dimulai dengan pengembangan dan penguatan kemandirian di daerah-daerah Indonesia, termasuk Kabupaten Bojonegoro.

Demikian halnya dengan Kabupaten Bojonegoro, Ika Berharap nantinya kerjasama yang dilakukan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui pertanian terpadu.
“Bagaimana pengembangan daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat lewat integrated farming di Bojonegoro harapannya bisa diperoleh dalam diskusi ini,” ujarnya.

Kedepan UGM akan mengirimkan Kerja Kuliah Nyata (KKN) Mahasiswa di lima kecamatan yaitu Temayang, Dander, Ngasem, Ngambon, Tambakrejo. Hal itu dilakukan tidak hanya untuk  pengembangan teknologi pengering empon-empon, tetapi juga pelaksanaan program pengembangan tanaman pisang, diversifikasi produk olahan pisang, dan pembibitan kambing. 

Baca Juga :   Pertamina EP Sukowati Field: Gedung UMKM Center Baru Tahap Perencanaan

“Juga pengembangan ternak ayam, budidaya jati unggul, dan agroforestry optimal atau penguatan kelembagaan lokal,” pungkas Ika.

Sementara itu, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Setyo Yuliono, menyampaikan, Kabupaten Bojonegoro memiliki luas wilayah 230,706 hektar dan sebanyak  40,15 persennya didominasi  wilayah hutan, lalu 32,58 persen merupakan lahan persawahan, dan sisanya merupakan tanah kering, perkebunan dan lainnya. Hanya saja, dari pemanfaatan tanah sawah ini setiap tahunnya mengalami penyusutan tajam akibat alih fungsi lahan menjadi kawasan industri sektor migas.

“Saat ini setidaknya 1.000 hektar lahan pertanian sudah beralih fungsi menjadi industri minyak dan gas. Hal ini pasti akan terus meningkat karena akan banyak industri migas maupun industry turunan yang masuk,”sambungnya, menjelaskan.

Kondisi tersebut menurut Nanang-panggilan akrabnya, sangat mengancam keberlanjutan usaha pertanian di kawasan industri migas. Sehingga diperlukan strategi untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan agar bidang pertanian kedepan tidak semakin terpinggirkan oleh pengembangan usaha bidang migas.

“Kalau banyak industri migas yang masuk, pertanian kedepan akan seperti apa? Untuk itu bagaimana agar dengan lahan yang semakin sempit, potensinya bisa dimaksimalkan. Kami berharap UGM dapat membantu mengembangkan pengelolaan lahan pertanian dan hutan Kabupaten Bojonegoro ini,” pungkasnya.(rien)

Baca Juga :   Rekomendasi Rak Dinding Tempel Estetik dan Tips Memasangnya

» Klik berita lainnya di Google News SUARA BANYUURIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *