Pertamina EP Cepu Sukses Bina 4 BUMDesa Usaha Ayam Petelur

user
Sasongko 14 November 2022, 18:46 WIB
untitled

Suarabanyuurip.com - Arifin Jauhari

Bojonegoro - Pengelola sumur Gas Jambaran - Tiung Biru (JTB), PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi Cepu (PEPC) sukses membina usaha ternak ayam petelur di empat Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Ceruk pasar yang masih terbuka lebar menjadikan usaha tersebut dinilai sangat menjanjikan bagi kemandirian keuangan BUMDesa.

Officer Field Community Relation and CSR Specialist PEPC, Endra Mugi Rahayu mengatakan, bahwa pihaknya berhasil membina 4 BUMDesa beternak ayam petelur. Yaitu di Desa Kacangan, dan Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo. Lalu Desa Kaliombo, Kecamatan Purwosari, dan Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem.

Rinciannya, kandang di Dolokgede berisi sebanyak 2.000 ekor ayam, Kaliombo 2.300 ekor, Bandungrejo 3.500 ekor, dan di Desa Kacangan 1.000 ekor.

"Kami total mulai dari nol, sejak dari revitalisasi BUMDesa. Kami berikan pelatihan manajemen, pembangunan infrastruktur unit usahanya mulai dari kandang, pengisian ayam sampai pakan itu kami jamin sampai dua bulan," kata Endra Mugi Rahayu, kepada SuaraBanyuurip.com, Senin (14/11/2022).

Anak kandang, Wdiya Tiara Ningrum, kewalahan melayani pembeli telur.
© 2022 suarabanyuurip.com/Arifin Jauhari

Dijelaskan, pendampingan dari PEPC terus diberikan hingga enam bulan. Selama belum bisa berproduksi masih diberikan suplai sampai mampu mandiri baru dilepas dari pendampingan. Program ini dimulai sejak 2017 di Desa Bandungrejo sebagai pioner.

"Setelah dianggap sukses diduplikasi ke BUMDesa Dolokgede, lalu ke BUMDesa Kacangan, dan BUMDesa Kaliombo," ujarnya.

Untuk pengelolaannya, kata Mugi, dalam satu kandang diawaki dua orang disebut anak kandang. Pekerjaannya memberi pakan ayam tiap pagi, siang mengambil telur sekaligus mengisi ulang pakan. Setiap bulan anak kandang mendapat gaji sekira Rp 1,5 juta.

"Belum lagi keuntungan dari kandang ada bagi hasil yang masuk ke Pendapatan Asli Desa (PADes). Sehingga menambah PADes," jelasnya.

Pria yang karib disapa Mugi ini membeberkan, PEPC memilih program ternak ayam petelur disebabkan hasil riset menunjukkkan bahwa Kabupaten Bojonegoro memiliki kebutuhan ayam petelur cukup tinggi. Sementara untuk memenuhi kebutuhan telur banyak disuplai dari daerah lain.

"Produsen telur dari Bojonegoro baru bisa mencukupi sekira 20 persen dari kebutuhan. Tentu peluangnya masih terbuka lebar. Produksi telur di Dolokgede ini misalnya. Selalu kewalahan, habis dijual di kandang," bebernya saat ditemui di unit usaha ayam petelur BUMDesa Bumi Rahayu, Desa Dolokgede.

Rasio antara operasional dengan margin dikatakan berkisar antara 25 sampai 30 persen. Hasil itu didapat dari sekira 900 butir per 1.000 ekor setiap harinya. Keuntungan tersebut dinilai berhasil menarik minat masyarakat sekitar untuk meniru usaha ini.

"Jika harga telur lagi bagus, keuntungan tentu juga meningkat. Karena dari harga Rp20.000 sudah melebihi biaya pakan. Nah inilah yang memikat masyarakat mengkloning usaha ini sehingga timbul efek berganda. Maka harapan kami di sekitar wilayah operasi PEPC bisa ada cluster ayam petelur," ucapnya.

Sementara itu, salah satu anak kandang, Wdiya Tiara Ningrum mengungkapkan, rata-rata lebih dari 45 kilogram telur yang dia ambil selalu habis dijemput para pembeli.

"Untuk toko sekitar sini saja (Dolokgede) sudah habis setiap harinya," pungkasnya.(fin)

Kredit

Bagikan