Cerita Sriyati, Perajin Pande Besi Generasi Keempat yang Tetap Bertahan

20707
SuaraBanyuurip.com - Siang itu, Jalan Raya Kapas-Sukosewu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, tampak ramai kendaraan berlalu-lalang. Langit cerah, matahari menyorotkan sinarnya. Dari salah satu bangunan, terdengar suara gesekan besi yang dipukul bergantian.
Suara datang dari dua orang memukul lempengan besi secara bergantian. Pakaiannya kotor karena harus berjibaku dengan perciakan api dan arang.
Mengenakan jilbab ungu, Sriyati memukul lempengan besi, bergantian dengan suaminya. Sriyati sapaan akrabnya tersenyum ramah ketika SuaraBanyuurip.com datang memperkenalkan diri.
Angin menyapu pelan dari persawahan yang bersebelahan dengan rumah sekaligus bengkel pande besi miliknya. Sriyati berbagi kisah tentang pekerjaan yang dijalaninya hampir 20 tahun lebih itu. Ia dan suami membuat alat pertanian.
“Ya, bagaimana pun harus tetap dipertahankan. Karena, hingga kini sangat jarang pembuatan alat pertanian dengan cara tradisional,” kata Sriyati saat ditemui di bengkelnya Desa Kedaton, Kecamatan Kapas, Sabtu (15/8/2020).
Ia mengatakan, menekuni pekerjaan pande besi ini sudah dilakoni secara turun menurun dan merupakan warisan keluarga. Sehingga tidak bisa lepas begitu saja. Hingga kini, sudah sampai empat generasi.
“Nantinya, juga akan dilanjutkan oleh anak saya,” katanya.
Dalam proses pembuatan alat pertanian, ia masih mempertahankan cara tradisional untuk menjaga kualitas hasil alat yang dibuatnya. Ia mengaku selama ini tidak pernah mengalami kesulitan dalam pembuatan. Hanya saja pernah sampai kuwalahan memenuhi pemesanan. Terutama dalam pembuatan alat pertanian, seperti sabit, cangkul, dan celurit.
Dia mengaku, pernah menerima pememesanan alat pertanian dari Kalimantan hingga satu truk penuh. Dan dikerjakan dalam waktu satu bulan setengah. Namun, dalam pengerjaannya dibantu dari beberapa adiknya untuk memeprcepat produksi.
“Waktu itu, penjualan hingga Rp 65 juta,” ungkapnya.
Dalam sehari, ia dengan suaminya bisa membuat 25 sabit. Bahkan bisa lebih, tergantung ukuran pemesanan. Terkadang, ada juga yang meminta dibuatkan pedang.
“Kalau pedang, biasanya dua hari baru selesai. Karena, bahannya harus halus dan bagus,” kata perempuan usia 55 tahun itu. (joko kuncoro)
BERITA TERKAIT
Tahun 2023, Produksi Minyak Sukowati Field Ditargetkan 4.258 BOPD
Baznas RI : Angka Kemiskinan Bojonegoro Cukup Tinggi di Jatim
Teken MoU dengan Asia University di Taiwan, Unigoro Menuju Go Internasional
Wapres Ma’ruf Amin Bakal Resmikan Proyek Gas JTB
Soal Tambang Kapur, PT WBS dan Pemkab Bojonegoro Harus Hadir di Tengah Masyarakat
Harga Beras Naik, Bulog Bojonegoro Berupaya Stabilkan Harga
PPK Purwosari Gelar Bimtek Bagi PPS Pemilu 2024
Presiden Segera Keluarkan Perpres Media Sustainability
Cegah Erosi Serap Emisi, Ademos dan PEPC Gelar "Ngopi Sareng Kawan Sungai Gandong"
Satpam PPSDM Migas Juara 1 PAM TKP pada HUT Satpam Ke-42
PPSDM Migas Adakan Pelatihan Operasi Pesawat Angkat Angkut dan Ikat Beban
Jokowi Akan Hadiri Puncak Peringatan 1 Abad NU dan Lantunkan Selawat Asyghil
Pelatihan K3 Gratis untuk Masyarakat 3T di PPSDM Migas
Indonesia Miliki Potensi EBT 3.686 GW
2023, Target Lifting Minyak 660 MBOPD Lebih Rendah Dibanding 2022
Pemkab Blora Mulai Sosialisasikan Pembangunan Bendung Gerak Karangnongko
Pengurus Organisasi Mahasiswa SASB Uinsa Periode 2022-2023 Resmi Dilantik
Duet Wabup Budi Irawanto dan Maya "The Ramban" Pukau Wisatawan Embung Pedang
10 Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri Terbaik Versi Webometrics Januari 2023
HIMA UT Cepu Gelar Blora Job Fair dan Expo Campus 2023
Rekrutmen CASN 2023 Akan Dibuka untuk Umum