Ziarah ke Makam Orang Tua Sebelum Dilantik

SuaraBanyuurip.com - 

Ziarah ke makam orang tua menjadi agenda tak terlupakan Bupati Bojonegoro terpilih. Suyoto pun datang ke pusara orang tuanya untuk mendo’akan dan memohon restu sehari sebelum dia lantik.

Alunan ayat Al-Quar’an terdengar dari sebuah rumah di Desa Bakung, Kecamatan Kanor, Kabupaten Jawa Timur, Senin (11/3/2013) petang. Didalam rumah berukuran tak luas itu terlihat beberapa lelaki sedang khusuk membaca surah Yasin. Ayat demi ayat dibaca dengan irama cepat, namun fasih.

Tak berapa lama surah itu tuntas dibaca, terlihat sebuah mobil Fortuner hitam berhenti didepan rumah. Beberapa orang yang ada didalam rumah itu bergegas keluar menuju halaman. Mereka menyambut pasangan suami-istri (Pasutri) yang turun dari mobil tersebut.

Suara tangis tiba-tiba terpecah ketika pasutri itu melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Beberapa wanita yang sejak tadi menunggu kedatangan pasutri itu tak kuasa menahan tangis. Mereka saling berjabat tangan dan berpelukan. Suasana pun menjadi haru.

Pasutri itu adalah Suyoto dan Mahfudhoh. Suyoto adalah Bupati Bojonegoro terpilih periode 2013 – 2018 yang akan dilantik, Rabu (13/3/2013) mendatang. Sebelum prosesi pelantikan itu, Suyoto bersama istrinya sengaja menyempatkan pulang ke kampung kelahirannya di Desa Bakung untuk berziarah ke makam ibundanya, Baengeh.

Baca Juga :   Buka Jasa Potong Rambut, Berdayakan Warga Kurang Mampu

Tak lama berbicara dengan kerabatnya, Suyoto bersama istri dan keluarga besarnya menuju tempat pemakaman umum (TPU) Desa Bakung. Tak ada keistimewaan di pusara ibunda orang nomor satu dijajaran birokasi Bojonegoro itu. Sama seperti pusara lainnya, makam Baengah tak dikijing ataupun berpagar dan diberi cungkup. Bahkan diatas pusara itu juga banyak ditumbuhi rumput ilalang.    

“Saya selalu mendo’akan ayah dan ibu saya, apalagi sewaktu beliau masih hidup saya selalu sungkem kepadanya,” kata Suyoto kepada suarabanyuurip sambil melangkah menuju pusara ibinya.

Dengan khusuk, Kang Yoto -sapaan akrab Suyoto- terlihat menundudukan kepalanya sembari mengangkat kedua tangan disebelah pusara Ibunya. Do’a-do’a dia panjatkan untuk ibundanya.

Usai berdo’a Suyoto tak langsung berdiri. Dia masih duduk dipinggir pusara ibunya. Kedua matanya tak henti memandangi pusara itu. Tiba-tiba matanya nanar. Terlihat air bening dikelopak mata dan kemudian jatuh di pipi Suyoto.

Sesekali bupati terpilih memimpin Bojonegoro kedua kalinya itu mengusap air mata yang membasahi pipinya. Menurut Suyoto, Ibundanya yang wafat satu tahun silam, itu masih selalu ada disampingnya ketika dirinya berkunjung kemakamnya.

Baca Juga :   Pangkah Wetan Menjelma Jadi Wisata Mangrove Muara Bengawan Solo

“Saya selalu merasa berdialog dan mendengarkan kembali petuah dari bapak dan ibu saya,” ucapnya lirih.

“Setelah memperkuat pertautan batin dengan Ibu saya. Selanjutnya saya ingin memperkuat batin saya sendiri.  Apalagi jabatan saya bertambah lima tahun, kalau batin saya tidak kuat, maka celaka akan menimpa,” tutur Ketua DPW PAN Jatim ini.

Suyoto mengungkapkan, semasa Ibunya masih hidup dirinya selalu mendapat motivasi dan petuah. Petuah itu selalu ia ingat dan jalankan selama mengabdikan diri untuk masyarakat Bojonegoro.

“Saya masih ingat sekali pesan beliau, bahwa hidup itu jangan silau jabatan, tetap jaga rendah hati dan selalu memberi manfaat bagi masyarakat,” kata Suyoto.

Rinai gerimis membuyarkan lamunan Suyoto. Ia bersama istrinya segera berdiri dari samping pusara ibundanya.  Dengan lembut kedua tanga Suyoto menyentuh tanah dan patok pusara ibunya sebelum melangkah meninggalkan TPU Desa Bakung. (eky nurhadi)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA BANYUURIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *