Membumikan Perempuan di DPRD Blora

Membumikan Perempuan di DPRD Blora

SuaraBanyuurip.com - 

          Oleh : Ika Rinawati

KOMISI Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Blora, Jawa Tengah, telah resmi menetapkan calon anggota DPRD periode 2019-2024. Dari penetapan itu, jumlah perempuan yang terpilih menjadi wakil rakyat di Kota Satai ini mengalami penurunan. 

Kali ini hanya 6 (enam) orang perempuan yang lolos. Itupun berasal dari dua partai politik saja. PDI Perjuangan terbanyak dengan 4 wakil, 2 lainnya berasal dari Nasdem. Bandingkan dengan periode 2014-2019.  

Ada 4 parpol  yang berhasil mendudukan perempuan di parlemen, dengan jumlah 7 orang. Dengan adanya enam srikandi yang duduk di parlemen tentu patut ditunggu kiprahnya. Sebagai representasi kaum perempuan, maka memperjuangkan kepentingan perempuan sudah menjadi sewajarnya. 

Bukan hanya kepentingan perempuan semata, tetapi harus menyuarakan kepentingan anak-anak, kekerasan dalam keluarga. Kemudian pada persoalan masih tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi, serta pelecehan seksual dengan korban anak. 

Setidaknya menjadi isue-isue yang harus di garap serius wakil rakyat dari perempuan. Isue-isue tersebut tentunya tidaklah ringan untuk diselesaikan. Tetapi setidaknya isue tersebut harus dikuasai dan menjadi bekal. 

Jangan sampai berada di parlemen tetapi belum memiliki problem solving. Apa yang harus dikerjakan dan diperbuat setelah menjadi anggota DPRD Blora. Dalam era kekinian, peran perempuan sudah sewajarnya berkontribusi besar. Untuk bisa membawa perubahan dan memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.  

Baca Juga :   Lindra dan Riyadi Melawan Bayangan Masa Lampau

Saat ini, sedang ngetrendnya film Bumi Manusia yang diambil dari Buku dengan judul yang sama karya Pramoedya Ananta Toer.  Setidaknya bisa memberikan gambaran, akan perjuangan tokoh perempuan yang ada dalam fim itu. Nyai Ontosorah. 

Meski dalam latar dan waktu yang berbeda, menandakan kalau Nyai Otosoroh memberikan pelajaran penting, di tengah statusnya. Tetapi mampu memiliki peran yang cukup tinggi. Dalam rangka menyemai benih-benih kemanusiaan.  Setidaknya Bumi Manusia yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer yang asli Blora, menjadikan bahan perenungan bersama. Khususnya wakil rakyat terpilih. Bukan hanya dari perempuan, tetapi 45 anggota DPRD terpilih. Apakah yang akan diperjuangkan selama lima tahun, dan apa yang akan diberikan untuk warga masyarakat Blora.  

Warisan nilai-nilai sastra dari Pramoedya, sebenarnya menjadi pijakan awal. Menjadi dasar awal bagi semua pemangku kepentingan. Untuk bisa memberikan rasa keadilan, nilai-nilai kemanusiaan dan pembangunan yang memanusiakan.  

Enam Srikandi DPRD Blora memang tidak harus menjadi Nyai Ontosoroh seperti dalam Bumi Manusia. Tetapi persoalan-persoalan realisitas di masyarakat, mampu dikonversi dalam bentuk aksi nyata di parlemen. Dengan segala keberanian, kecerdasan dan humanismenya.  Tentunya hal itu bisa dilakukan. Sebab, jika kita telusuri lebih dalam, enam perempuan yang duduk di DPRD Blora bukanlah wajah baru. Sebanyak 5 orang adalah petahana dan 1 orang benar-benar baru. 

Baca Juga :   Nasib Kaum Buruh Masih Terancam

Menandakan kalau persoalan-persoalan yang ada di Blora telah dikuasai dengan baik. Isue-isue sosial dan perempuan tentunya juga sudah cukup paham. 

Bisa terpilih tidaklah mudah, dan itu sudah dibuktikan. Mereka terpilih dari 210 caleg perempuan.  

Melihat hal itu, nampaknya kebijakan afirmasi 30 persen perempuan belumlah berhasil. Hanya pada tataran jumlah keterwakilan calon. Tetapi belum menyentuh pada hasil 30 persen di parlemen.  

Parpol nampaknya masih menempatkan caleg perempuan hanya untuk pemenuhan kuota 30 persen semata. Tanpa melihat kualitas dan peluang jadi atau tidaknya caleg tersebut. Dengan bahasa lain, masih ada bias gender.

Tidak boleh dilupakan juga, adanya persaingan diantara caleg perempuan. Dalam satu dapil juga mempengaruhi keterwakilan.  Apapun itu. Kepada enam perempuan anggota DPRD Kabupaten Blora terpilih dituntut mampu memberikan kontribusi yang nyata. Dalam ranah isue-isue perempuan, anak-anak , stunting serta pendidikan politik bias jender di Kabupaten Blora.  Semoga saja, Selamat .

Penulis adalah ketua Himpaudi Kecamatan Blora Kabupaten Blora

» Klik berita lainnya di Google News SUARA BANYUURIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *