STIKes Icsada Gelar Seminar Kesehatan Masyarakat Sekitar Lapangan Banyu Urip

user
nugroho 25 Februari 2021, 17:35 WIB
untitled

SuaraBanyuurip.com - Joko Kuncoro

Bojonegoro - Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Icsada Bojonegoro, Jawa Timur menggelar seminar kesehatan dan diseminasi program Aku Sehat 2020. Seminar ini untuk mengetahui capaian kesehatan masyarakat di wilayah operasi Lapangan Banyu Urip.

Seminar digelar di Hotel Aston Bojonegoro ini mengambil tema Aku Selamat, Kita Selamat. Bekerjasama dengan SKK Migas, ExxonMobil, dan Pertamina Ep Cepu (PEPC), seminar ini   mengundang narasumber seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas Kesehatan (Dinkes), dan Eksternal Affairs Manager EMCL.

Perwakilan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bojonegoro Erna Zulaikah mengatakan, budaya lingkungan sehat dan selamat di sekitar wilayah operasi migas sangat penting. Sebab, tempat kerja yang aman dan sehat itu berpengaruh bagi kinerja untuk menjaga keselamatan.

"Jika lingkungan sehat pasti kinerja sebagai tenaga kerja juga akan bagus dan efektif. Namun, di suatu lingkungan kerja bisa menyebabkan potensi berbahaya ketika tingkat keselamatan rendah," katanya, Kamis (25/2/2021).

Dia mengatakan, kewajiban perusahaan terutama menjaga lingkungan di sekitar wilayah operasi. Misalnya, melakukan pengolahan tanah dan limbah yang dihasilkan oleh perusahaan. Juga, perusahaan wajib melakukan reboisasi dan menciptakan lingkungan sehat.

"Kalau untuk ExxonMobil harus melakukan reboisasi sebanyak 30 persen. Berbeda dengan perusahaan lain yakni hanya 10 persen," ungkap Erna.

Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Bojonegoro Soeharto menjelaskan, derajat kesehatan merupakan indikator penting untuk mengukur kesehatan bangsa. Jadi, derajat kesehatan bisa diukur dengan tiga hal, yakni kematian, tingkat sakit, dan status gizi.

Sedangkan, untuk menggambarkan suatu kesehatan  bisa dilihat dari tingkat pelayanan, status gizi, dan kondisi lingkungan. Keadaan seperti itu, lanjut dia, bisa menyebabkan stanting bahkan, angka kematian ibu (AKI).

"Pelayanan kesehatan lingkungan juga untuk mewujudkan kualitas lingkungan baik dan sehat," katanya.

Soeharto menjelaskan, ada sejumlah penyakit yang disebabkan kondisi lingkungan. Yakni, diare, DBD, ispa, penyakit kulit, dan cacingan itu terjadi jika lingkungan kurang sehat.

Eksternal Affairs Manager EMCL Ikhwan Arifin menyampaikan, pandemi Covid-19 menjadi tantangan  proses produksi minyak. Namun, meski pandemi masih tetap memproduksi minyak karena 30 persen minyak Indonesia dari Bojonegoro.

"Terutama minyak di lapangan Banyuurip. Tentu jika terganggu, pasti pendapatan negara akan terganggu juga. Sehingga, upaya membangun keselarasan seperti masyarakat, pemerintah, dan migas menjadikan produktif dan harmonis khususnya masyarakat di lapangan Banyu Urip," kata Ikhwan.

Sementara itu, Ketua STIKes Icsada Bojonegoro Nurul Jariyatin menjelaskan capaian kesehatan dalam meningkatkan harmoni hubungan antara masyarakat dan perusahaan. Yakni, dengan melalui pemahaman masyarakat mengenai industri migas.

"Juga, menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan. Seperti di Desa Bonorejo, Gayam, dan Mojedelik sekitar wilayah operasi Lapangan Banyu Urip," kata Nurul.(jk)

Kredit

Bagikan