Peneliti PRCi : Angka Stunting Sekitar Industri Migas Bojonegoro Tinggi

Peneliti PRCi, AW Syaiful Huda.
Suarabanyuurip.com - Arifin Jauhari
Bojonegoro – Peneliti dari Poverty Resource Center Initiative (PRCi), AW Syaiful Huda menyebut angka stunting di Bojonegoro Jawa Timur, masih tinggi. Dari data yang dihimpun melalui penelitiannya bahkan mencantumkan desa sekitar pengeboran minyak dan gas bumi (migas) ada yang masuk dalam angka prevalensi stunting tertinggi.
Pria yang akrab disapa Awe ini mengatakan, permasalahan gizi seperti stunting menjadi salah satu isu prioritas dalam rencana pembangunan nasional. Stunting sendiri didefinisikan sebagai gangguan pertumbuhan pada anak di bawah lima tahun akibat kekurangan gizi kronis karena kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.
"Angka stunting di Indonesia saat ini masih cukup tinggi, menempati urutan tertinggi ke-5 dunia; dan berada di urutan ke-2 di kawasan Asia Tenggara," kata Awe kepada SuaraBanyuurip.com, Senin (23/01/2023).
Di Bojonegoro sendiri, sebagai kabupaten penghasil Migas, dia katakan masih terdapat kantong-kantong stunting merata tersebar di berbagai desa. Termasuk juga desa sekitar pengeboran migas.
"Dari 10 desa dengan prevalensi stunting tertinggi di Bojonegoro, beberapa di antaranya merupakan desa-desa sekitar ring 1 kawasan migas Banyu Urip, Blok Cepu," ujar dia.
Awe menyebut beberapa desa-desa dengan angka stunting tertinggi di Bojonegoro, diantaranya Desa Pilanggede, Kecamatan Balen dengan angka prevalensi stunting sebesar 29,9 persen; lalu disusul secara berturut yakni Desa Begadon, Kecamatan Gayam sebesar 29,9 persen; Desa Sendangrejo, Kecamatan Dander sebesar 25,3 persen; Desa Karangdinoyo, Kecamatan Sumberrejo sebesar 23,9 persen; Desa Mulyoagung, Kecamatan Kota, sebesar 22,8 persen; dan Desa Ngantru, Kecamatan Ngasem sebesar 22,5 persen.
Awe berharap, agar pemerintah daerah dan pemerintah desa, memiliki perhatian serius terkait masalah stunting ini. Karena stunting berpotensi menyebabkan dampak jangka panjang seperti gangguan kognitif, tingkat kemampuan belajar rendah, kesehatan rentan dan lainnya.
"Anak yang mengalami stunting, selain akan berdampak panjang pada aspek kualitas kesehatan, juga dapat menyebabkan perkembangan otak si anak tidak optimal, sehingga akan berpengaruh pada kemampuan kognitif (kecerdasan) nantinya," tegasnya.
Dijelaskan, agar penanganan stunting bisa berjalan maksimal, maka pemerintah di setiap level, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah hingga pemerintah desa, harus memiliki pandangan yang sama, dengan memprioritas penanganan stunting.
“Ya, karena masalah stunting itu sendiri disebabkan oleh banyak faktor, selain karena tingkat kesejahteraan keluarga rendah, juga dipengaruhi aspek budaya, hingga tingkat pendidikan, pengetahuan dan kesadaran orang tua dalam pola asuh anak," jelasnya.
Pria asal Kecamatan Trucuk ini mengungkapkan, untuk bisa menekan permasalah gizi, terutama stunting ini, dibutuhkan beberapa bentuk intervensi dari para pemangku kebijakan daerah dan desa. Meliputi intervensi spesifik dan intervensi sensitif.
Intervensi spesifik yakni program kegiatan yang mengatasi penyebab langsung terjadinya stunting. Seperti pemantauan pertumbuhan anak oleh petugas kesehatan secara intens, pemberian makanan tambahan, pemberian suplemen mikronutrien, konseling menyusui dan lainnya.
Sedankan bentuk intervensi sensitif adalah bentuk program kegiatan yang berhubungan dengan penyebab tidak langsung stunting. Seperti peningkatan akses air bersih dan sanitasi, akses pangan bergizi, peningkatan literasi kesehatan keluarga dan lainnya.
Selain kedua bentuk intervensi ini, ada lagi bentuk intervensi pendukung, yakni suatu bentuk program kegiatan yang mendukung peningkatan kesehatan masyarakat. Seperti penguatan layanan Posyandu, surveilans gizi, pencegahan pernikahan anak dan lainnya.
"Selama ini program-program kesehatan di daerah banyak yang bersifat kuratif, sementara program kesehatan yang bersifat preventif ataupun promosi kesehatan masih sangat minim. Padahal sangat penting sekali," tandas Awe.(fin)
BERITA TERKAIT
Pengurus Organisasi Mahasiswa SASB Uinsa Periode 2022-2023 Resmi Dilantik
Duet Wabup Budi Irawanto dan Maya "The Ramban" Pukau Wisatawan Embung Pedang
10 Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri Terbaik Versi Webometrics Januari 2023
HIMA UT Cepu Gelar Blora Job Fair dan Expo Campus 2023
Rekrutmen CASN 2023 Akan Dibuka untuk Umum
Pencarian Hari Keempat, Bocah Tenggelam di Sungai Pacal Belum Ditemukan
Disnakkan Bojonegoro Terima 40.000 Dosis Vaksin PMK
Minat Pasang Gas Bumi, Warga Bojonegoro Bisa Lewat GasKita
Arab Saudi Terbitkan Visa Transit, Kemenag : Tak Bisa Untuk Ibadah Haji
Komisi VII Dukung PGN Dapatkan Harga Gas USD 4,72 MMBTU
Fraksi Golkar DPRD Bojonegoro : UU Desa Masih Relevan Dijalankan
Pro-kontra Wacana Perpanjangan Jabatan Kepala Desa, Begini Pandangan Politisi Senayan
Bupati Tak Temukan Perjanjian 30 Tahun, Pedagang : Akte Sewa Beli Tak Ada Batas Waktu
Warga Sumuragung Tuntut Tambang PT Wira Bhumi Sejati Ditutup Permanen
Selama Januari 2023, Sudah Ada 8 Kejadian Kebakaran di Bojonegoro
Indonesia Miliki Tanker Gas Dual Fuel Ramah Lingkungan Terbesar di Dunia
Jatim Kelebihan Pasokan Gas, PGN Minta Pipa Cirebon - Batang Dibangun Gunakan APBN
China Cabut Pembatasan Aktivitas Kerek ICP Januari Jadi US$78,54 Per Barel
Sambut HPN 2023, PWI Bojonegoro Gowes Bareng Stakeholder
IDFoS Gelar Diskusi Pelestarian Hutan Berbasis Agrosilvopastura
Kuasa Hukum Mantan Dirut PT ADS Sebut Bupati Bojonegoro Cari Kesalahan Lalu