Belum Pastikan Groundbreaking J-TB Dilakukan Jokowi

Dirut Pertamina EP Cepu
SuaraBanyuurip.com - D Suko Nugroho
Bojonegoro - Groundbreaking (peletakan batu pertama) proyek Unitisasi Gas Lapangan Jambaran - Tiung Biru (J-TB) di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang sebelumnya direncanakan akan dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi), tampaknya, akan kembali batal.
Pertamina Eksplorasi dan Produksi Cepu (PEPC), operator Unitisasi Gas J-TB, belum bisa memastikan apakah groundbreaking nanti akan dilakukan oleh mantan Walikota Solo tersebut.
Alasannya sampai saat ini masih belum ada kepastian alokasi gas dari Pertamina untuk Pupuk Kujang Cikampek (PKC) karena belum tercapainya kesepakatan harga gas.
Pertamina mematok harga gas USD 8 per MMBTU dengan eskalasi dua persen sesuai rencana pengembangn (Plan of Development/PoD) yang sudah disetujui oleh pemerintah. Sementara, PKC menginginkan harga yang lebih rendah, yaitu US$ 7 per MMBTU.
Selain itu penyerapan gas baru akan dilakukan PKC pada 2021 atau dua tahun setelah gas J-TB on stream (dialirkan) pada 2019. Total investasi diproyeksikan sebesar U$2,056 miliar atau sekitar Rp28 triliun, dengan rincian U$279,5 juta untuk biaya sumur dan U$1,777 miliar untuk fasilitas produksi.
"Kita masih belum ada kepastian alokasi gas, jadi belum terlalu berani untuk mengundang beliau," kata Direktur Utama PEPC, Adriansyah kepada suarabanyuurip.com saat mendampingi Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam berserta jajarannya di Lapangan Banyuurip, Blok Cepu, Jumat (22/7/2016) kemarin.
Meski demikian, anak perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu berharap Presiden Jokowi tetap melakukan groundbreaking proyek JTB.
"Kita lihat saja nanti, mudah-mudahan saja bisa Pak Jokowi," ucap Pak Ancha - panggilan akrab Adriansyah.
Sebelumnya, Jokowi diagendakan melakukan peletakan batu pertama proyek JTB pada 27 April tapi ditunda pada pertengahan Mei karena baru saja datang dari kunjungan ke luar negeri. Namun rencana tersebut batal lagi.
Selain melakukan peletakan batu pertama proyek JTB, Jokowi sebelumnya dijadwalkan menghadiri syukuran pencapaian produksi puncak Lapangan Banyuurip dan menyerahkan PoD Lapangan Kedung Keris (KDK), Blok Cepu, dan penandatangan jual beli gas.
Tertundanya peletakan batu pertama ini dimungkinkan karena belum ada pemenang tender proyek engineering, procurement and constructions (EPC) gas processing facility (GPF) J-TB. Tender proyek yang dilakukan PEPC baru masuki tahap evaluasi komersil.
Tinggal dua konsorsium yang lolos dalam tahap ini yakni PT Rekayasa Indsutri (Rekind) - PT Japan Gas Corporation (JGC) dan PT Wijaya Karya (Wika) - PT Chiyoda.
"Dua atau tiga minggu lagi pemenangnya kita umumkan. Sekarang masih dilakukan evaluasi di Bandung," pungkas Pak Ancha.(suko)
BERITA TERKAIT
Aturan Penerapan Teknologi Migas Ramah Lingkungan Tunggu Persetujuan Presiden
Selama Januari 2023, Ada 252 Istri di Bojonegoro Ajukan Cerai Gugat
Membacakan Dongeng Berdampak Positif pada Perkembangan Anak
Produksi Migas Pertamina Hulu Rokan Regional Sumatera Lampaui Target
Bocah Asal Soko Tuban Dilaporkan Tenggelam di Sungai Pacal
Penipu Gunakan AMSI untuk Lakukan Pemerasan
Digitalic : SEO yang Baik Harus Berdampak Bagi Bisnis
Pertamina EP Cepu Field 11 Bangun Jalan Cor Menuju CPP Gundih
Regional Indonesia Timur Capai Produksi Minyak 2022 di Atas Target
Produksi Blok Rokan Ditarget Capai 300 Ribu Bph dalam 5 Tahun
Kisah Segitiga Pemkab, Alimdo, dan Pedagang Pasar Kota Bojonegoro
Pemkab Bojonegoro Siapkan Rp 34,6 Miliar untuk Beasiswa Pendidikan
Pertemuan Warga Ring 1 Migas Sukowati dan PT Elnusa Tak Capai Kesepakatan
Ogah Disanksi, Pemdes Campurejo Tolak Bagikan SPPT PBB P2
Jaga Daya Saing Industri, Pemerintah Pertahankan Subsidi Energi
Cerita Adib Nurdiyanto Perades Mojodeso Raih Penghargaan Upakarti Nasional
PPSDM Migas Adakan Pelatihan Regulasi Hilir Migas untuk ASN KESDM
Pelatihan dan Sertifikasi Teknisi Instrumentasi Tingkat I untuk Daerah 3T
Dorong OPL Banyu Urip, Upaya Pemerintah Tingkatkan Produksi Migas Nasional
Realisasi Lifting Migas 2022 di Bawah Target
Dulu Rp 100 Ribu, Kini Harga BBM Pertalite di Papua Rp 10 Ribu Per Liter