Pemkab Desak MCL- Tripatra Tuntaskan Polusi Debu

kusnandaka

SuaraBanyuurip.comRirin W

Bojonegoro – Asisten I Bidang Hukum dan Pemerintahan, pemerintah kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Tjatur Kusnandoko menilai, aksi warga Desa Temlokorejo dan Desa Kaliglonggong yang melakukan pemblokiran jalan bukan karena 6 item kesepakatan yang belum direalisasikan Mobil Cepu Limited (MCL), Operator migas Blok Cepu. Melainkan aksi itu dikarenakan dampak lingkungan akibat polusi debu proyek engineering, procurement and constructions (EPC) 1 yang tengah dilaksanakan PT. Tripatr4a engineers & Constructors.

Mantan Kepala Bagian Pemerintahan Pemkab Bojonegoro ini juga menilai, munculnya aksi tersebut dikarenakan ketidak pahaman dan tidak adanya kesiapan safety (keselamatan) dari kontraktor MCL terhadap kondisi Bojonegoro pada saat musim kemarau.  Sebab, jika hal itu diantisipasi sejak dini maka tidak akan memunculkan polusi debu dan berujung gejolak social masyarakat.

“Untuk penutupan Jalan oleh warga  Temlokorejo-Kaliglonggong memang sudah menjadi bagian 6 item. Bahwa pada pembahasan awal memang harus ditutup karena tidak mungkin ada ditengah-tengah proyek,” jelasnya.

Dikatakan lebih lanjut, dengan ditutupnya itu maka dibuatkan jalan pengganti yang memang belum dibuat karena proyek belum berjalan. Sambil menunggu jalannya proyek,masyarakat harus melewati jalan melingkar sepanjang 3 km. Untuk membantu masyarakat tersebut MCL telah menyediakan sarana transportasi sementara untu mengangkut aktifitas warga.

Baca Juga :   20 Pemuda J-TB Ikuti Pelatihan Migas

“Kendaraan tersebut sudah disediakan dan sudah dilakukan,” kata Kusnandoko.

Untuk itu, Kusnandoko meminta, MCl maupun PT Tripatra agar memenuhi tuntutan warga dengan melakukan penyiraman terus menerus dan fasilitas kesehatan. Sehingga tidak timbul masalah-masalah sosial. 

Terpisah, Community Affairs and Manager PT Tripatra, Budi Karyawan menegaskan, jika seperti yang pernah disampaikan sebelumnya pihak PT Tripatra meningkatkan jumlah tanki  air dari 11 sampai saat ini total 20 tanki  yang menyirami jalan dan lahan pekerjaan. Termasuk Well Pad dan CPF (Centra Procecing Fasility) yang dilakukan rata-rata 5 kali penyiraman.

“Kalau dihitung-hitung ada 80-100 tanki air menyirami  lahan dan itu hampir meredam debu yang bertebaran,” imbuhnya.

Bahkan sekarang ini Tripatra sudah mengaplikasikan bahan kimia ramah lingkungan untuk mengurangi dampak debu.

“Saat ini kita juga punya tim yang bertugas untuk mengevaluasi dampak semua pekerjaan terhadap proyek,” tukasnya. (rin/suko)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *