PGN Mulai Alirkan Gas JTB ke Petrokimia Gresik

Gas dari Lapangan JTB telah dialirkan untuk memenuhi industri pupuk Petrokimia Gresik pada Senin (16/1/2023).
Suarabanyuurip.com - d suko nugroho
Bojonegoro - PT Perusahaan Gas Negara (PGN) melakukan penyaluran perdana (gas in) gas Jambaran - Tiung Biru (JTB) ke Petrokimia Gresik (PKG), Senin (16/1/2023).
Penyaluran gas dari lapangan JTB yang terletak di Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, itu menggunakan Pipa Transmisi Gresik-Semarang (Gresem) milik PT Pertamina Gas (Pertagas). PKG akan menyerap gas JTB sebesar 15-17 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Direktur Sales dan Operasi PGN Faris Aziz mengatakan, penyaluran gas ke PKG bagian dari langkah PGN melaksanakan penugasan pemerintah untuk mendukung produksi pupuk menjadi penopang ketahanan pangan di Indonesia.
"Sekaligus menjadi support bagi pemerintah dalam meutilisasi Pipa Gresem dan Lapangan JTB yang belum lama ini on stream," ujar Faris dalam keterangan tertulisnya.
Faris menjelaskan, penyaluran gas JTB ke PKG ini merupakan komitmen PGN dalam mengimplementasikan Kepmen ESDM No. 134K Tahun 2021 untuk memberi stimulus industri pupuk bertumbuh kembali pasca pandemi.
"Pertamina Group mendukung ketahanan pangan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional," tegas Faris.
Faris berharap melalui ketersediaan gas bumi dengan harga yang lebih kompetitif dan ramah lingkungan ini dapat menopang pertumbuhan produksi pupuk dalam negeri serta produktivitas pertanian berkelanjutan.
"Juga dapat mendorong daya saing PKG sebagai produsen pupuk di Indonesia," tandasnya.
Faris menambahkan, penyaluran gas JTB ke PKG ini bernilai strategis untuk menambah perluasan manfaat dari jaringan gas bumi melalui Pipa Gresem di tahun 2023. Saat ini hingga masa-masa mendatang, PGN tetap memegang komitmen menyediakan gas bumi untuk industri pupuk.
"Selain pasokan, kami juga harus menjaga kehandalan infrastruktur gas agar penyaluran gas ke PKG semakin terjamin, efektif, dan efisien," pungkas Faris.
Pjs. General Manager Gas Project JTB Agung Prabowo seblumnya menyampaikan, Produksi gas JTB hingga saat ini baru mencapai sekitar 70 - 75 juta standar kaki kubik per hari (Million Standard Cubic Feet per Day/MMSCFD) dari kapasitas penuh sebesar 192 MMSCFD.
"Produksi sales gas dari JTB saat ini sekitar 40 persen dan terus dalam proses peningkatan kapasitas," ujar Pjs. General Manager Gas Project JTB Agung Prabowo saat menerima kunjungan pejabat Direktorat Jendral (Ditjen) Migas Kementerian ESDM.
Ada enam sumur produksi di Lapangan Gas JTB. Setiap sumur mampu menghasilkan gas sebesar 60 MMSCFD. Total produksinya bisa mencapai 330 MMSCFD.
Namun dari jumlah tersebut yang bisa diproduksi menjadi gas bersih dari Lapangan JTB sebesar 192 MMSCFD. Produksi ini bisa bertahan hingga tahun 2035 memdatang.
Dari produksi JTB 192 MMSCFD itu sebanyak 170 MMSCFD telah dibeli oleh PGN dan PLN dengan harga US$6,1 per MMBTU (Million British Thermal Unit). Harga ini berlaku hanya untuk tahun 2022 - 2024.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto sebelumnya menyampaikan, JTB diproyeksikan menjadi salah satu calon penghasil gas terbesar di Indonesia dengan produksi 192 MMSCFD.
Menurut Dwi, proyek gas JTB telah turut menggerakan industri penunjang nasional maupun pengusaha lokal serta perekonomian masyarakat di sekitar proyek, sehingga keberadaan proyek JTB sangat dirasakan bagi upaya peningkatan kapasitas nasional dukungan berkembangnya ekonomi disekitar proyek.
“Aspek positif lain dari keberhasilan proyek ini adalah terpenuhinya kebutuhan energi kawasaan dan ketersediaan bahan baku industri untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," ujar Dwi.
Mantan Direktur Utama Pertamina itu menjelaskan, seiring dengan pembangunan pipa gas Semarang - Cirebon maka jalur distribusi gas akan terintegrasi sehingga pasokan gas dari JTB nantinya tidak hanya dimanfaatkan oleh sektor indsutri di Jawa Timur dan Jawa Tengah, namun berperan pula bagi pemenuhan kebutuhan gas hingga Jawa Barat.
“JTB ini dapat mendukung upaya mewujudkan target peningkatan produksi migas nasional di tahun 2030 yaitu produksi minyak 1 juta barel dan gas 12 BSCFD," tegas Dwi.(suko)
BERITA TERKAIT
PP Belum Terbit, Dana Abadi Diperkirakan Tidak Dipasang di APBD BOjonegoro 2024
Gunakan Biosaka, Petani Kunci Raup Panen Rp32 Juta
Bupati Tuban Mutasi Pejabat Eselon 2 dan 3
ASN KESDM Dalami Manfaat Penggunaan Teknologi Hilir Migas
Pegawai Negeri Hingga Pensiunan Siap-Siap Terima Tambahan Pendapatan, Ini Besarannya
Sempat Ceburkan Diri ke Bengawan Solo, Warga Ngraho - Gayam Ditemukan Selamat
Universitas Pertamina Gandeng 2 Universitas Jepang Dukung NZE 2060
Kang Yoto Lanjut Majukan Bojonegoro dari Jalur Legislatif
Targetkan Rampung Bulan Juni, Kementerian PANRB Kebut Pembahasan RUU Pelayanan Publik
Mengenang Mbah Harjo Kardi, Penjaga Tradisi Samin dari Dusun Jipang
Yudiono Terpilih Ketua Pagar Nusa Gayam Periode 2023-2028, Siap Raih Prestasi
1.050 Pelanggan Nunggak, Jargas di Bojonegoro Rugi Rp 210 Juta
Upaya Bupati Anna Kasasi, Mansur dan Pinto Sebut Ada Perkara yang Dikecualikan
Senior Manager Relations Regional 4 Kunjungi Program CSR Pertamina EP di Tuban
LHP Diserahkan, BPK Minta Daerah Tindaklanjuti Rekomendasi Selambatnya 60 Hari
Polisi Tak Gunakan UU TPKS, Tuban Tak Layak KLA
Kepala DP3AKB Bojonegoro Diduga Diperiksa Polda Jatim
Pasca Penyegelan, Pedagang Pasar Banjarejo Takut Berjualan
Bupati Anna Ajukan Kasasi, Syahril Tunggu Relas PT TUN
Kementerian ESDM Dukung PLN Batam Tingkatkan Keandalan Pasokan Listrik
Lakukan Kekerasan Seksual Terhadap Anaknya, Ayah Tiri Ditangkap Polisi