Jaga Daya Saing Industri, Pemerintah Pertahankan Subsidi Energi

Tahun ini Pemerintah masih tetap mempertahankan untuk subsidi LPG dan BBM.(Suarabanyuurip.com/Ist)
Suarabanyuurip.com - Sami'an Sasongko
Jakarta - Guna menjaga daya beli masyarakat dan daya saing industri dalam pemulihan ekonomi, Pemerintah tetap mempertahankan pemberian alokasi subsidi energi.
Di tahun 2023 ini, Pemerintah telah menetapkan target subsidi energi sebesar Rp209,9 triliun. Dengan rincian Rp139,4 triliun, untuk subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquified Petroleum Gas (LPG). Kemudian Rp70,5 triliun untuk subsidi listrik.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, dalam siaran persnya mengungkapkan, pada tahun 2022, realisasi subsidi energi mencapai Rp157,6 triliun atau lebih rendah dari target yang telah ditetapkan sebesar Rp211,1 triliun. Kondisi minyak mentah yang mengalami penurunan di kuartal tiga turut andil pada penurunan realisasi subsidi BBM dan LPG yang mencapai Rp97,8 triliun, lebih rendah dari target sebesar Rp149,4 triliun.
"Pada Tahun 2022, kita lihat realisasinya lebih rendah daripada targetnya. Terutama penurunannya di BBM dan LPG, yang tidak separah seperti yang kita perkirakan sebelumnya. Karena asumsi crude kita yang targetnya tinggi, ternyata menjelang kuartal tiga terjadi penurunan harga komoditi migas," katanya.
Disisi lain, subsidi untuk listrik tahun 2022 terealisasi Rp59,8 triliun dari target sebesar Rp61,7 triliun. Subsidi listrik dapat terjaga berkat adanya pemberlakuan kewajiban Domestic Market Obligation (DMO) batubara dan harga gas untuk kelistrikan.
"Harga gas untuk kelistrikan USD6 dolar. Jadi faktor yang mempengaruhinya adalah harga gas internasional dan juga faktor nilai tukar dolar terhadap rupiah," ujar Arifin.
Di tahun ini, lanjut Arifin, subsidi masih cukup besar melihat masih bergejolaknya kondisi geopolitik Eropa imbas konflik Rusia-Ukraina.
"Kita perkirakan di tahun ini, kemungkinan jumlah alokasi subsidi cukup besar. Sebab masih adanya konflik yang belum habis. Ini tentu saja menyebabkan penurunan sektor supplai karena terhambatnya salah satu supplier besar, yaitu Rusia," ucapnya.
Ditambahkan, bahwa peningkatan permintaan China terhadap batubara turut ambil bagian dalam penetapan subsidi energi dalam negeri. Karena Negeri Tirai Bambu tersebut mempertimbangkan untuk melonggarkan larangan impornya.
"Peningkatan kebutuhan demand (batubara) di China dan beberapa negara lainnya disebabkan kebijakan barunya, sudah mulai membuka meningkatkan batubara," pungkasnya.(sam)
BERITA TERKAIT
PPSDM Migas Gelar Pelatihan Micro Learning di Industri Migas
Pemerintah Resmi Buka Penerimaan Calon Taruna dan Praja Jalur Sekolah Kedinasan
Cuti Bersama Lebaran Diajukan, Komisi V : Lonjakan Pemudik Harus Diantisipasi
40 Tahun Kiprah Elnusa di Blok Mahakam
Drawing Piala Dunia U-20 Batal, DPR: Pemerintah Harus Antisipasi Kemungkinan Terburuk
Mayat Tanpa Identitas di Bengawan Solo Diketahui Asal Sragen Jawa Tengah
I Ketut Sulasta : Gus Huda Pelopor Kerukunan Antar Umat Beragama di Bojonegoro
50% Penemuan Sumur Eksplorasi di Tanah Air Berupa Gas
AAL Kirim Prajuritnya Ikuti Pelatihan Pengelolaan BBM dan Pelumas di PPSDM Migas
Kementerian ESDM Selenggarakan High Level Human Capital Summit di JCC Senayan
123,8 Juta Orang Diprediksi Akan Mudik Lebaran Idul Fitri 2023
Pasar Seni di Festibale Ramadhan Jadi Pemersatu Seniman
Mayat Tanpa Indentitas Ditemukan Mengapung di Sungai Bengawan Solo
Penerima BLT DD Mojodelik 2023 Berkurang Separuh Lebih
Siapkan Layanan Penukaran Uang Pecahan, Bank Indonesia Jatim Sediakan Rp 24,5 Triliun
Diduga Serangan Jantung, Seorang Laki-laki Ditemukan Meninggal Dunia Saat Gowes
Bangkitkan Ekonomi Masyarakat Blora Melalui Bazar Ramadan
Produksi Terserap 50 Persen, Industri Semen Indonesia Harus Tembus Pasar Global
Diduga Korsleting Listrik, Empat Rumah di Bojonegoro Terbakar
Masjid Nurul Huda, Bukti 300 Tahun Syiar Islam di Bojonegoro
PT Rekind Urug Kubangan Jalan Dekat Gate 4 JTB