Gas Bumi Jadi Energi Transisi Menuju Lebih Bersih

Gas bumi dipandang sebagai energi transisi menuju energi yang lebih bersih.
Suarabanyuurip.com - Arifin Jauhari
Bojonegoro - Situasi dan kondisi di berbagai belahan dunia yang dinamis belakangan ini dilaporkan berdampak pada sektor hulu minyak dan gas bumi (migas). Isu Target Net Zero Emission salah satunya. Dimana gas bumi dipandang sebagai energi transisi menuju energi yang lebih bersih.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) perwakilan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabanusa) melalui Kepala Departemen Humas, Indra Zulkarnain menyebut, bahwa kondisi ekonomi dunia mengalami rebound pasca pandemi Covid-19. Ini berpengaruh pada meningkatnya demand migas.
Begitu pun tren global yang terjadi, utamanya mengenai isu Net Zero Emission Target, berdampak pada industri migas, menyebabkan investasi renewable meningkat, bersaing dengan investasi migas. Hal ini membuat peningkatan pada permintaan gas bumi. Disebabkan dinilai dapat menjadi energi transisi menuju energi yang lebih bersih.
Kendati, selain transisi energi, peningkatan demand gas juga tercatat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dan ekonomi di Asia serta kebutuhan mendesak pasokan gas alam di Eropa.
"Transisi energi merupakan hal yang tak dapat dihindari oleh seluruh perusahaan migas di seluruh dunia," kata Kepala Departemen Humas SKK Migas Perwakilan Jabanusa, Indra Zulkarnain kepada SuaraBanyuurip.com, Kamis (23/03/2023).
Kesepakatan Paris sebagai komitmen bersama untuk menahan laju kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2°C di atas suhu di masa praindustrialisasi dan melanjutkan upaya untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C di atas suhu di masa praindustrialisasi, diakui telah mengubah wajah industri migas saat ini.
Dijelaskan, bahwa gas sebagai energi transisi memiliki emisi yang lebih rendah dibandingkan minyak dan batubara. Emisi CO2 yang dihasilkan minyak, sebanyak kurang lebih 1,4 kali lebih banyak dibandingkan gas. Sedangkan emisi CO2 yang dihasilkan batubara, kurang lebih sebanyak 1,7 kali lebih banyak dibandingkan gas.
"Maka, dengan begitu, ada dua tantangan yang dihadapi sektor hulu migas saat ini. Yakni pemenuhan kebutuhan energi guna mengurangi impor migas dan berkontribusi dalam upaya menurunkan emisi karbon," jelasnya.(fin)
BERITA TERKAIT
Mengenalkan Kegiatan Hulu Migas ke Mahasiswa dan Akademisi
Jejak Kotor Pejabat Bojonegoro dalam Pembebasan Lahan
Bojonegoro Anggarkan Rp 900 Miliar untuk Rekontruksi Jalan Cor Beton
Rp 7,8 Miliar APBD Bojonegoro untuk Bantuan Partai Politik
Kacabdindik Bojonegoro-Tuban Imbau ASN Jaga Netralitas di Tahun Politik
DLH Bojonegoro Kerahkan 3 Kendaraan Angkut Sampah di Alun-alun
Kisah di Balik Pancasila: Memahami Kerangka Ideologi Indonesia
Perspektif Masyarakat Jelang Pemilu Serentak 2024
Alun-alun Bojonegoro Dipenuhi Sampah
BPK Jangan Sekadar Periksa Keuangan Berdasar Laporan
3 Kloter CJH Bojonegoro Berangkat Kamis, dan 1 Kloter Berangkat Jumat
Warga Soroti Cara Pemkab Bojonegoro Bebaskan Lahan di Desa Kalangan
PPSDM Migas Genjot Pemahaman Materi tentang Operasi Produksi
PPSDM Migas Beri Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tingkat Operator
Dorong KKKS Laporkan Data Lifting Migas Bulanan
Proyek Pipa Gas Cisem Tahap II Rp 3,3 Triliun Dimulai 2024
Penerimaan Negara Sektor Migas Bisa Berubah, Ini Penyebabnya
PPDB Jenjang SMA dan SMK di Bojonegoro Segera Dibuka
Khairul Anwar Ketuai PTMSI Bojonegoro 2023-2027
Pertamina Tanda Tangani Kontrak Kerja 2 WK dengan Skema Cost Recovery
Remaja di Bojonegoro Ditemukan Meninggal, Terperosok di Bekas Tambang Pasir