Produksi Tas dari Kulit Sapi, Riza Kantongi Laba Rp.5 Juta per Bulan

22635

SuaraBanyuurip.com – Arifin Jauhari

Bojonegoro – Berawal dari membantu usaha kerajinan berbahan kulit sapi milik kakak tingkat semasa kuliah di Yogyakarta, Moh. Bachtiar Riza Fahma, asal Dusun Kedungbajul, Rukun Tetangga (RT) 08/ Rukun Warga (RW) 02, Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, kini mampu mengantongi laba bersih hingga lima juta rupiah setiap bulan dari usaha rintisannya.

Pria ramah yang menjadi Ketua Kelompok Tani (Poktan) “Konco Tani” Sambiroto ini menyambut baik SuaraBanyuurip.com saat mengunjungi outlet yang memajang puluhan tas dan dompet pria maupun wanita berbagai model di etalase miliknya.

“Tahun 2019, setelah lulus kuliah, pertama kali saya produksi tas dari bahan kulit sapi cuma dua model, untuk cowok dan cewek,” kata pemuda yang akrab disapa Riza itu mengawali kisah.

Latar belakang pendidikan pemuda lajang 23 tahun pemilik zodiak Leo itu memang pas dalam bidang usaha yang dirintisnya. Lantaran bekal pengetahuan yang ditimbanya berasal dari Politeknik Akademi Teknik Kulit (ATK) Yogyakarta. Ditambah pengalamannya dua tahun membantu kakak tingkatnya semasa kuliah, bertemulah kemudian kesiapan yang ia perlukan dalam merintis kerajinan kulit sapi.

“Saat membantu senior saya dulu itu, saya pernah membuat jaket, topi, ikat pinggang, sepatu, segala macam. Semua bisa sebenarnya. Tapi awal mulai merintis kerajinan bahan kulit sapi di Bojonegoro hanya tas yang fokus saya buat. Itupun cuma dua model untuk cewek sama cowok,” ujarnya, Sabtu (22/05/2021).

Debut perdana kerajinan tas buatannya langsung terserap pasar secara baik, dengan kapasitas produksi rata-rata tiga lusin per bulan. Pasalnya jaringan pemasaran yang dibuatnya saat kuliah, sebelumnya sudah sedikit terbentuk.

Baca Juga :   Tikus Mencit yang Menguntungkan

Dalam perkembangannya, Riza pun kemudian membuat dompet dan tas kulit model sling bag yang sekarang sedang trend. Dari dahulunya tanpa merk, hingga sekarang mempunyai merk dagang terdaftar dengan brand yang dinamai “ERROZET”.

Selain model yang disediakan, pemesan juga bisa meminta model custom, semisal tas sling bag berbahan kulit sapi dipadu kulit ular atau bahan kulit lain. Namun, memenuhi syarat minimal pemesanan sebanyak satu lusin.

“Untuk pemasaran, baik secara daring maupun luring juga saya lakukan. Tapi pemasaran secara daring justru belum maksimal. Pemasaran secara luring yang malah berjalan optimal. Karena customer saya bukan kepada end user langsung. Tapi kepada outlet dan stockist,” terang pria penghobi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) ini.

Reza mengaku, rumah produksi tempat kerajinan kulit miliknya yang sempat menembus pasar di negeri jiran, itu terletak agak jauh dari etalase pemasarannya di Sambiroto. Yakni di Dusun Losari, Desa Soko, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Disitu, sebagai asisten produksi, ada satu orang perajin yang membantu usahanya.

Kulit sapi yang sudah siap olah sebagai bahan pembuatan, kata Riza, diambilkan dari bahan berkualitas dari Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Selain itu juga termasuk kulit domba dengan teknik pewarnaan ecoprint juga dipesan dari tempat yang sama. Musababnya, di kota penghasil minyak dan gas bumi (migas) sebutan lain Bojonegoro, belum ada produsen penyamakan kulit.

Baca Juga :   Dari Beternak Jangkrik Budi Santoso Raup Jutaan Rupiah per Bulan

“Awal dulu beli ke Magetan langsung, sekarang bisa COD (Cash On Delivery), sekali ambil satu roll berisi sepuluh lembar kulit,” ucap Diploma Ahli Madya itu.

Bujangan yang berdomisi di desa sekitar ring satu lapangan migas Sukowati itu saat ini mencatat setidaknya mempunyai empat pelanggan tetap, terdiri tiga pemilik outlet tas kulit, dan satu outlet khusus kerajinan berbahan ecoprint di seputar Kota Bojonegoro.

Soal harga, patokannya tentu berbeda antara pengguna langsung dengan outlet. Karena outlet harus mendapat selisih margin penjualan. Dicontohkan, dompet kulit dibandrol Rp 100 ribu kepada end user.  Bervariasi dari Rp 300 ribu sampai tas termahal yang dipatok mencapai Rp 700 ribu.

“Relatif kalau dikatakan mahal, karena masyarakat kadang masih banyak yang belum bisa membedakan kualitas bahan kulit asli dibanding imitasi. Makanya, segmentasi pasarnya agak beda. Dari situ, alhamdulillah omzet bisa sampai sepuluh juta, dengan laba empat sampai lima juta rupiah tiap bulan,” jelasnya.

Disebutkan, pasar kelas menengah adalah segmen pasar potensial yang dibidik Riza. Produk yang ditawarkannya diklaim terjangkau dengan kualitas kulit pilihan. Dikatakan, salah satu pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bojonegoro pun bersedia menggunakan produk tas kulit buatannya.

Dikonfirmasi terpisah, Wakil Ketua I DPRD Bojonegoro, Sukur Priyanto membenarkan hal tersebut. Dan memberikan pujian lumayan pada tas Errozet buatan Riza.

“Lumayan bagus, Mas, tasnya,” sambung Sukur Priyanto.(fin)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA BANYUURIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *