Tatik Tak Lelah Lestarikan Batik Tradisional Khas Bojonegoro untuk Masa Depan

Tatik warga Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, dengan produksi batik khas Bojonegoro.

Suarabanyuurip.com – Joko Kuncoro

Bojonegoro – Tatik sadar betul batik merupakan budaya lokal yang harus terus dilestarikan. Ia pun tergugah terus mengembangkan seni batik tulis dan cap. Kini, ia dikenal sebagai pembatik asal Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur yang terus berkreasi.

Batik bikinan Tatik pun sudah banyak dibeli konsumen tak hanya lokal Bojonegoro saja. Tapi juga banyak yang pesan dari luar kota. Bahkan pernah juga dibawa ke Aljazair untuk dipasarkan.

Dia merasa senang karena jerih payahnya selama enam tahun terakhir terbayarkan. Karena, kesenian membatik yang ia tekuni hampir mati suri.

Salah satu pembeli sedang memilih motif batik khas Bojonegoro produksi Tatik.
© 2022 suarabanyuurip.com/Joko Kuncoro

Namun, dengan tekadnya Tatik begitu ia dipanggil, terus bertahan hingga sekarang. Tatik bercerita awal bisa membatik bermula saat ia rajin mengikuti berbagai pelatihan membatik terutama tulis.

“Mulanya hanya iseng pada tahun 2011 lalu hingga keterusan sampai sekarang. Saya mengikuti pelatihan di lokal Bojonegoro seperti di Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja sampai tingkat provinsi,” katanya, Kamis (10/11/2022).

Setelah berhasil menguasai beberapa motif, Tatik beranggapan batik merupakan budaya lokal yang harus terus dilestarikan dan diturunkan. Kemudian ia berinisiatif membuat kelompok yang terdiri dari ibu-ibu muda untuk belajar membatik.

“Ya, awalnya saya membuat sendiri di rumah. Tapi setelah saya pikir-pikir harus ada penerus membatik khususnya di Desa Sambiroto ini,” katanya kepada suarabanyuurip.com.

Baca Juga :   Merajut Helai Benang Menjadi Bros Cantik

Kelompok membatik yang diinisiasi Tatik berjumlah 15 anggota berdiri pada 2017 silam. Tak jarang para anggota kerap absen saat belajar membatik karena bekerja, hingga di pertengahan jalan kelompok tersebut bubar.

“Sempat pernah bubar karena (masing-masing) bekerja. Selain itu juga penjualan batik tidak terus setiap hari ada sehingga para anggota memilih bekerja,” kata Tatik.

Guru TK Sambiroto II itu tak pantang menyerah. Meski ia berjalan sendiri setelah kelompoknya bubar. Waktu itu, ia harus dari pintu ke pintu menjual batik buatannya juga dari kantor ke kantor ketika ada pesanan kain batik.

Dia mengatakan, kendalanya terutama dari pemasarannya yang belum jelas dan luas. Sehingga, batik susah laku dan dikenal kalangan masyarakat Bojonegoro.

Salah satu proses pembuatan Batik khas Bojonegoro.
© 2022 suarabanyuurip.com/Joko Kuncoro

Namun, pada akhir tahun 2021 lalu Tatik mengaku seperti mendapatkan keajaiban saat proposal yang diajukan ke Pertamina ternyata mendapat respon positif. Karena ia mendapatkan dampingan seperti pemasaran dan bantuan alat membatik. Tatik juga bersyukur kelompok membatik yang ia inisiasi dapat aktif kembali dan bisa mengembangkan seni membatik.

“Dulu awalnya memang fokus batik tulis, tetapi sekarang lebih ke batik cap. Karena, pengerjaan batik cap lebih cepat ketimbang batik tulis yang harus dicanting,” kata sarjana lulusan IKIP PGRI Bojonegoro itu.

Dia menjelaskan, batik cap yang ia buat motifnya khas Bojonegoro seperti motif wonocolo atau gas tradisional, kahyangan api, bendungan gerak yang bermotif seperti perahu, waduk pacal, dan kahyangan api. Ada juga motif terbaru yakni Kembang Sambiloto.

Baca Juga :   Dwi Lestari Terpilih Menjadi Ketua Digital Marketing Kabupaten Bojonegoro

“Ya semuanya batik cap, karena cepat saat ada pesanan kain batik,” kata Tatik juga Ketua UMKM Kembang Sambiloto itu.

Setelah mendapatkan dampingan dari Pertamina EP Sukowati Field, pemasarannya juga diperluas dengan cara melalui media sosial seperti Facebook, Instagram hingga akan dimasukkan ke Shopee. Selain itu, lanjut dia, pernah ada sebanyak 30 potong batik motif daun jati dibawa Pertamina ke Aljazair untuk dipromosikan.

“Juga, baru-baru ini dapat pesanan dari Jogja 100 potong, Jakarta 20 potong, Malang 20 potong, dan Surabaya 20 potong. Ya kalau sebulan 135 potong kein lebih dipesan,” katanya sambil menunjukkan salah satu motif batik.

Tentu dia berharap dengan adanya kelompok membatik ini kedepannya akan terus berkembang misalnya ada semacam kampung batik. Sehingga, nantinya warga Desa Sambiroto bisa menciptakan karya sendiri seperti membuat baju batik, tas batik hingga sepatu batik.

“Itu harapannya dan selalu mendapatkan dampingan dari Pertamina terutama saat pemasaran,” katanya.

Sementara itu Field Manager PT Pertamina EP Sukowati Totok Parafianto, mengatakan, akses permodalan, peralatan dan pelatihan merupakan dukungan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat Desa Sambiroto.

“Kami memberikan bantuan peralatan agar kelompok ini dapat meningkatkan lagi produksi batiknya setelah kami juga memberikan dukungan pelatihan-pelatihan dan studi banding,” katanya.(jk)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA BANYUURIP

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *